Rabu, 25 Juli 2012

Tugas Observasi Mata Kuliah Pendidikan Masyarakat


Home schooling
TUGAS OBSERVASI MATA KULIAH PENDIDIKAN MASYARAKAT

Nama Kelompok :
1.              Rully Khoiruddin                              (111034013)
2.              Saadilah Yusuf                                  (111034020)
3.              Eka Wahyu Puspaning Tyas           (111034203)
4.              Putri Clara Claudia Evakumala      (111034204)
5.              Khalimatus Sa’diyah                        (111034218)

Universitas negeri Surabaya
Fakultas ilmu pendidikan
Jurusan pendidikan luar sekolah

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, jenis pendidikan di Indonesia terbagi menjadi tiga jalur, yaitu jalur formal, nonformal, dan informal. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Di masyarakat, pendidikan formal biasa dikenal sebagai SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi. Dalam pendidikan formal, siswa belajar dan dididik menurut kurikulum tertentu, diadakan di sekolah, serta belajar menurut materi ajar dan jadwal yang ditetapkan sebelumnya.
Manusia adalah makhluk yang unik, memiliki karakteristik masing-masing, kemampuan yang berbeda, serta kebutuhan yang berbeda pula. Maka bukanlah hal yang mengejutkan jika ada sekelompok siswa yang tidak cocok dengan sistem pendidikan formal. Jika siswa tidak dapat mengikuti pendidikan formal di sekolah karena alasan tertentu, ia berhak untuk memilih pendidikan alternatif lain yang dapat memenuhi haknya sebagai warga negara untuk belajar. Karena setiap anak berhak mendapatkan pendidikan, dalam bentuk apapun. Hal ini sesuai dengan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia pasal 31 ayat 1 menyatakan bahwa “Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan”. Setiap orang tua menghendaki anak-anaknya mendapat pendidikan yang berkualitas, serta nilai-nilai iman dan moral yang tertanam dengan baik. Namun, Banyaknya orangtua yang tidak puas dengan hasil sekolah formal mendorong orangtua mendidik anaknya di rumah. Kerapkali sekolah formal berorientasi pada nilai rapor (kepentingan sekolah), bukannya mengedepankan keterampilan hidup dan bersosial (nilai-nilai iman dan moral). Di sekolah, banyak murid mengejar nilai rapor dengan mencontek atau membeli ijazah palsu. Selain itu, perhatian secara personal pada anak, kurang diperhatikan. Ditambah lagi, identitas anak distigmatisasi dan ditentukan oleh teman-temannya yang lebih pintar, lebih unggul atau lebih “cerdas”. Keadaan demikian menambah suasana sekolah menjadi tidak menyenangkan.
Melihat fakta bahwa tidak semua siswa merasa cocok dengan pembelajaran yang dilakukan di kelas, tidak terpenuhinya kebutuhan siswa karena keterbatasan waktu dan materi yang padat, kurang berkembangnya kemampuan siswa dalam bidang non-akademik karena tidak setiap sekolah mempunyai fasilitas untuk mengembangkannya, serta kurangnya pengembangan di bidang keagamaan, muncullah ide orang tua untuk menyekolahkan anak-anaknya di rumah. Ketidakpuasan tersebut semakin memicu orangtua memilih mendidik anak-anaknya di rumah, dengan resiko menyediakan banyak waktu dan tenaga. Homeschooling menjadi tempat harapan orang tua untuk meningkatkan mutu pendidikan anak-anak, mengembangkan nilai-nilai iman/ agama dan moral serta mendapatkan suasana belajar yang menyenangkan
Hal ini yang menjadi latar belakang berdirinya home schooling. Keberadaan home schooling yang sah di mata Undang-undang membuat home schooling menjadi pendidikan alternatif yang akhir-akhir ini mulai banyak dipraktekkan oleh masyarakat Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah
a. Apa Sejarah Home Schooling
b. Apa Pengertian Home Schooling
c. Bagaimana Perkembangan Home Schooling
d. Faktor Pemicu dan Pendukung Home Schooling
e. Apa saja Kelebihan dan Kekurangan Home Schooling
f. Apa saja Jenis-Jenis Home Schooling
1.3 Tujuan
a. Mengetahui Sejarah Home Schooling
b. Mengetahui Pengertian Home Schooling
c. Mengetahui Perkembangan Home Schooling
d. Mengetahui Faktor Pemicu dan Pendukung Home Schooling
e. Mengetahui Kelebihan dan Kekurangan Home Schooling
f. Mengetahui Jenis-Jenis Home Schooling
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Home Schooling
Filosofi berdirinya sekolah rumah adalah “manusia pada dasarnya makhluk belajar dan senang belajar; kita tidak perlu ditunjukkan bagaimana cara belajar. Yang membunuh kesenangan belajar adalah orang-orang yang berusaha menyelak, mengatur, atau mengontrolnya” (John Cadlwell Holt dalam bukunya How Children Fail, 1964). Dipicu oleh filosofi tersebut, pada tahun 1960-an terjadilah perbincangan dan perdebatan luas mengenai pendidikan sekolah dan sistem sekolah. Sebagai guru dan pengamat anak dan pendidikan, Holt mengatakan bahwa kegagalan akademis pada siswa tidak ditentukan oleh kurangnya usaha pada sistem sekolah, tetapi disebabkan oleh sistem sekolah itu sendiri.
Pada waktu yang hampir bersamaan, akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an, Ray dan Dorothy Moor melakukan penelitian mengenai kecenderungan orang tua menyekolahkan anak lebih awal (early childhood education). Penelitian mereka menunjukkan bahwa memasukkan anak-anak pada sekolah formal sebelum usia 8-12 tahun bukan hanya tak efektif, tetapi sesungguhnya juga berakibat buruk bagi anak-anak, khususnya anak-anak laki-laki karena keterlambatan kedewasaan mereka (Sumardiono, 2007: 21).
Setelah pemikirannya tentang kegagalan sistem sekolah mendapat tanggapan luas, Holt sendiri kemudian menerbitkan karyanya yang lain Instead of Education; Ways to Help People Do Things Better, (1976). Buku ini pun mendapat sambutan hangat dari para orangtua homeschooling di berbagai penjuru Amerika Serikat. Pada tahun 1977, Holt menerbitkan majalah untuk pendidikan di rumah yang diberi nama: Growing Without Schooling.
Serupa dengan Holt, Ray dan Dorothy Moore kemudian menjadi pendukung dan konsultan penting homeschooling. Setelah itu, homeschooling terus berkembang dengan berbagai alasan. Selain karena alasan keyakinan (beliefs) , pertumbuhan homeschooling juga banyak dipicu oleh ketidakpuasan atas sistem pendidikan di sekolah formal.

2.2 Pengertian Homeschooling
Istilah Homeschooling sendiri berasal dari bahasa Inggris berarti sekolah rumah. Homeschooling berakar dan bertumbuh di Amerika Serikat. Homeschooling dikenal juga dengan sebutan home education, home based learning atau sekolah mandiri. Pengertian umum homeschooling adalah model pendidikan dimana sebuah keluarga memilih untuk bertanggung jawab sendiri atas pendidikan anaknya dengan menggunakan rumah sebagai basis pendidikannya. Memilih untuk bertanggungjawab berarti orangtua terlibat langsung menentukan proses penyelenggaraan pendidikan, penentuan arah dan tujuan pendidikan, nilai-nilai yang hendak dikembangkan, kecerdasan dan keterampilan, kurikulum dan materi, serta metode dan praktek belajar (bdk. Sumardiono, 2007:4).
Peran dan komitmen total orangtua sangat dituntut. Selain pemilihan materi dan standar pendidikan sekolah rumah, mereka juga harus melaksanakan ujian bagi anak-anaknya untuk mendapatkan sertifikat, dengan tujuan agar dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Banyak orang tua Indonesia yang mempraktekkan homeschooling mengambil materi pelajaran, bahan ujian dan sertifikat sekolah rumah dari Amerika Serikat. Sertifikat dari negeri paman Sam itu diakui di Indonesia (Departemen Pendidikan Nasional) sebagai lulusan sekolah Luar Negeri (Kompas, 13/3/2005).
Dalam Pendidikan Nasional
Departemen Pendidikan Nasional menyebut sekolah-rumah dalam pengertian pendidikan homeschooling. Jalur sekolah-rumah ini dikategorikan sebagai jalur pendidikan informal yaitu jalur pendidikan keluarga dan lingkungan (pasal 1 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional – Sisidiknas No. 20/2003). Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Meskipun pemerintah tidak mengatur standar isi dan proses pelayanan pendidikan informal, namun hasil pendidikan informal diakui sama dengan pendidikan formal (sekolah umum) dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan (pasal 27 ayat 2).
Dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Juga dijelaskan sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional (pasal 1).
Berdasarkan definisi pendidikan dan sistem pendidikan nasional tersebut, sekolah rumah menjadi bagian dari usaha pencapaian fungsi dan tujuan pendidikan nasional yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

2.3 Home Schooling di Amerika
  • Menurut laporan depart.penddkn. AS terjadi peningkatan jumlah siswa dari 850 ribu (1,7 % dari total siswa ) menjadi 1,1 juta pada tahun 2003 (2,2 juta dari total siswa) . sementara itu berdasarkan penelitian Dr.Brian Ray (presiden the national home education research institute) pada tahun 2002-2003 ada sekitar 1,7 juta -2,1 juta siswa HS AS. Dr.Ray menyatakan bahwa jumlah siswa HS terus tumbuh dengan kecepatan  7-15 % pertahun.
·        Tahun 2008 ada lebih dari 2 juta siswa di Amerika Serikat yang menjalani homeschooling. Homeschooling tumbuh dengan laju 15% per tahun.
·        Alasan pemilihan homeschooling beragam. Pemilihan bisa dilakukan karena berbagai alasan. Tiga alasan utama keluarga Amerika memilih homeschooling adalah: lingkungan sekolah umum (88%), pengembangan keyakinan dan moral (83), dan pengembangan akademis yang lebih baik (73).
·        Anak homeschooling memiliki kemampuan bekerja mandiri yang sangat baik. Sebuah perguruan tinggi mencatat bahwa rata-rata nilai masuk siswa barunya (GPA, Grade Point Average) adalah: 2.54 (sekolah umum) dan 3.46 (homeschool).
Dalam tes standar, anak-anak homeschool secara akademik menunjukkan prestasi konsisten 15-30% lebih baik dari siswa sekolah umum. Hal ini diperkirakan karena aspek keterlibatan yang tinggi para orangtua homeschooling dalam pendidikan anak-anaknya

Di Indonesia
            Di Indonesia menurut perkiraan Ellla yuliawati direktur pend.kesetaraan depdiknas ada sekitar 1000-1.500 siswa HS. Di Jakarta ada sekitar 600 siswa.
            Beberapa saat yag lalu, ada informasi menarik mengenai fenomena Home Schooling di Internet. Menurut onformasi dari Diane Flynn Keith, pendiri homefires.com yang juga moderator sebuah milis home schooling, ssat ini sedang terjadi peningkatan besar dalam pencarian informasi mengenai home schooling dari Indonesia
Informasi ini diperoleh Diane dari seorang ibu yang hadir dalam presentasinya mengenai homeschooling di Silicon Valley, California. Pada waktu itu Diane sedang membahas mengenai pesatnya pertumbuhan homeschooling di penjuru dunia. Dan seorang ibu tadi mengkonfirmasi informasi Diane dengan mengirimkan sebuah link Google Trend, dengan hasil analisa sebagai berikut:
http://www.cendekiahomeschooling.com/wp-content/uploads/2011/05/trend-hs.jpg

Dalam grafik Google Trend tersebut (mengguakan kata kunci “home schooling“, Indonesia menduduki tempat pertama, disusul dengan Afrika Selatan. Amerika Serikat bahkan hanya pada posisi ke-4.
Ini adalah sebuah fenomena yang menarik. Mudah-mudahan fenomena ini menjadi sebuah indikator keseriusan orangtua peminat HS di Indonesia untuk mencari informasi mengenai HS. Alih-alih sekedar ikut-ikutan tren atau “terjun bebas” menjalani HS tanpa bekal memadai, mudah-mudahan ini adalah pertanda proses pencarian ilmu yang dilakukan oleh peminathomeschooling di Indonesia
2.4 Faktor-Faktor Pemicu dan Pendukung Homechooling
  • Kegagalan sekolah formal
Baik di Amerika Serikat maupun di Indonesia, kegagalan sekolah formal dalam menghasilkan mutu pendidikan yang lebih baik menjadi pemicu bagi keluarga-keluarga di Indonesia maupun di mancanegara untuk menyelenggarakan homeschooling. Sekolah rumah ini dinilai dapat menghasilkan didikan bermutu.
  • Teori Inteligensi ganda
Salah satu teori pendidikan yang berpengaruh dalam perkembangan homeschooling adalah Teori Inteligensi Ganda (Multiple Intelligences) dalam buku Frames of Minds: The Theory of Multiple Intelligences (1983) yang digagas oleh Howard Gardner. Gardner menggagas teori inteligensi ganda. Pada awalnya, dia menemukan distingsi 7 jenis inteligensi (kecerdasan) manusia. Kemudian, pada tahun 1999, ia menambahkan 2 jenis inteligensi baru sehingga menjadi 9 jenis inteligensi manusia. Jenis-jenis inteligensi tersebut adalah:Inteligensi linguistik; Inteligensi matematis-logis; Inteligensi ruang-visual; Inteligensi kinestetik-badani; Inteligensi musikal; Inteligensi interpersonal; Inteligensi intrapersonal; Inteligensi ligkungan; dan Inteligensi eksistensial.
Teori Gardner ini memicu para orang tua untuk mengembangkan potensi-potensi inteligensi yang dimiliki anak. Kerapkali sekolah formal tidak mampu mengembangkan inteligensi anak, sebab sistem sekolah formal sering kali malahan memasung inteligensi anak.
(Buku acuan yang dapat digunakan mengenai teori inteligensi ganda ini dalam bahasa Indonesia ini, Teori Inteligensi Ganda, oleh Paul Suparno, Kanisius: 2003).
  • Sosok homeschooling terkenal
Banyaknya tokoh-tokoh penting dunia yang bisa berhasil dalam hidupnya tanpa menjalani sekolah formal juga memicu munculnya homeschooling. Sebut saja, Benyamin Franklin, Thomas Alfa Edison, KH. Agus Salim, Ki Hajar Dewantara dan tokoh-tokoh lainnya.
Benyamin Franklin misalnya, ia berhasil menjadi seorang negarawan, ilmuwan, penemu, pemimpin sipil dan pelayan publik bukan karena belajar di sekolah formal. Franklin hanya menjalani dua tahun mengikuti sekolah karena orang tua tak mampu membayar biaya pendidikan. Selebihnya, ia belajar tentang hidup dan berbagai hal dari waktu ke waktu di rumah dan tempat lainnya yang bisa ia jadikan sebagai tempat belajar.
  • Tersedianya aneka sarana
Dewasa ini, perkembangan homeschooling ikut dipicu oleh fasilitas yang berkembang di dunia nyata. Fasilitas itu antara lain fasilitas pendidikan (perpustakaan, museum, lembaga penelitian), fasilitas umum (taman, stasiun, jalan raya), fasilitas sosial (taman, panti asuhan, rumah sakit), fasilitas bisnis (mall, pameran, restoran, pabrik, sawah, perkebunan), dan fasilitas teknologi dan informasi (internet dan audivisual).
2.5 Kelebihan dan Kekurangan Homeschooling
Dari perbedaan di atas, kita dapat menyebutkan kelebihan homeschooling, antara lain: adaptable, artinya sesuai dengan kebutuhan anak dan kondisi keluarga; mandiri artinya lebih memberikan peluang kemandirian dan kreativitas individual yang tidak didapatkan di sekolah umum; potensi yang maksimal, dapat memaksimalkan potensi anak, tanpa harus mengikuti standar waktu yang ditetapkan sekolah; siap terjun pada dunia nyata. Output sekolah rumah lebih siap terjun pada dunia nyata karena proses pembelajarannya berdasarkan kegiatan sehari-hari yang ada di sekitarnya; terlindung dari pergaulan menyimpang. Ada kesesuaian pertumbuhan anak dengan dengan keluarga. Relatif terlindung dari hamparan nilai dan pergaulan yang menyimpang (tawuran, narkoba, konsumerisme, pornografi, mencontek dan sebagainya); Ekonomis, biaya pendidikan dapat menyesuaikan dengan kondisi keuangan keluarga.
Di sisi lain, homeschooling mempunyai kelemahan-kelemahan yang dapat disebutkan berikut ini: membutuhkan komitmen dan tanggung jawab tinggi dari orang tua; memiliki kompleksitas yang lebih tinggi karena orangtua harus bertanggung jawab atas keseluruhan proses pendidikan anak; keterampilan dan dinamika bersosialisasi dengan teman sebaya relatif rendah; ada resiko kurangnya kemampuan bekerja dalam tim (team work), organisasi dan kepemimpinan; proteksi berlebihan dari orang tua dapat memberikan efek samping ketidakmampuan menyelesaikan situasi dan masalah sosial yang kompleks yang tidak terprediksi.
2.6 Dalam perkembangannya di tanah air, homeschooling dibagi menjadi 3 jenis, yaitu
1.        Homeschooling Tunggal
Homeschooling Tunggal adalah homescholing yang dilaksanakan oleh orang tua dalam satu keluarga tanpa bergabung dengan keluarga lainnya karena hal tertentu atau karena lokasi yang berjauhan. Nah, misalnya satu anak melaksanakan praktek homeschooling sendirian di rumah tanpa bergabung denagn teman-teman yang lain, itu dikatakan melaksanakan homeschooling tunggal.


2.        Homeschooling Majemuk
Homeschooling majemuk adalah praktek homeschooling yang dilaksanakan oleh dua atau lebih keluarga. Misalnya saja seorang anak bergabung dengan tetangga-tetangga sebelah melaksanakan praktek homeschooling, maka dikatakan mereka melaksanakan homeschooling majemuk.
3.        Homeschooling Komunitas
Homeschooling Komunitas adalah praktek homeschooling yang diselenggarakan oleh institusis atau komunitas tertentu, dimana kurikulum, jadwal belajar dan bahan belajar sudah tersusun secara sistematis.


BAB III
10 PATOKAN PENDIDIKAN MASYARAKAT

1.      Warga belajar
Jumlah siswa keseluruhan ada 53 yang terdiri dari : siswa SD sebesar 30% (16 siswa), SMP sebesar 20% (10 siswa), dan SMA sebesar 50% (27 siswa). Warga belajar (peserta didik) berasal dari bermacam-macam daerah, ada yang berasal dari luar pulau seperti: makasar, papua, bahkan ada juga yang berasal dari luar negeri ( jepang dan cina). Jadi dapat disimpulkan bahwa, warga belajar paling banyak adalah siswa SMA.
2.      Sumber belajar
Sumber belajar yang dipakai/digunakan adalah Modul (hanya pelajaran pokok saja)
Ø  Mata Pelajaran :
SD                   : IPA, IPS, Matematika, Bahasa Indonesia, Inggris, Pkn
SMP                : IPA, IPS, Matematika, Bahasa Indonesia, Inggris, Pkn
SMA IPS        : Ekonomi/Akuntansi, Geografi, Sosiologi, Sejarah, Matematika, IPS,   Bahasa     Indonesia, Bahasa Inggris, Pkn
SMA IPA        : Biologi, Kimia, Fisika, Matematika, Bahasa Indonesia, Inggris, Pkn
·         Pelajaran Agama masuk dalam project class

3.      Tutor / Pamong
Terdiri dari 18 orang, yang semuanya rata-rata mengenyam jenjang pendidikan minimal S1.

4.      Tempat Belajar
Home Schooling Kak Seto berada di Jl. Sidosermo Airdas Kav.A-7 Surabaya.

5.      Sarana Belajar
Terdiri dari : Proses pembelajaran untuk program komunitas kurang lebih ada tiga ruangan. Sedangkan untuk program Distance Learning dilakukan dirumahnya sendiri-sendiri.
6.      Dana Belajar
1.         Komunitas
Tingkatan
Uang Pangkal
SPP / Bulan
Uang Kegiatan / Semester
SD Kelas 1,2,3
Rp. 4.500.000
Rp. 400.000
Rp. 2.850.000
SD Kelas 4,5,6
Rp. 3.375.000
Rp. 400.000
Rp. 2.859.000
SMP
Rp. 5.500.000
Rp. 500.000
Rp. 3.500.000
SMA
Rp. 6.500.000
Rp. 600.000
Rp. 3.750.000

2.    Distance Learning
Tingkatan
Uang Pangkal
Uang Member / Semester
SD
Rp. 2.350.000
Rp. 1.500.000
SMP
Rp. 2.500.000
Rp. 1.625.000
SMA
Rp. 2.650.000
Rp. 1.750.000

3.    Tutor Visit
Tingkatan
Setiap Kunjungan
SD
     Rp. 90.000
SMP
     Rp. 100.000
SMA
     Rp. 110.000

7.      Program Kegiatan Belajar
Kegiatan di Homeschooling Kak Seto (HSKS) terbagi atas 2 kegiatan yaitu :
A.    Kegiatan yang berhubungan dengan proses pembelajaran siswa   (homeschooler) dimana kegiatan tersebut membantu  proses belajar siswa menjadi menyenangkan  seperti :

1.    Komunitas
Komunitas merupakan proses pembelajaran dimana peserta dikumpulkan disebuah kelas untuk belajar sambil bersosialisasi dengan teman-temannya. Dalam komunitas jadwal belajar peserta ditentukan oleh HSKS Surabaya.
*      Jadwal Pembelajaran Komunitas :
Tingkat SD                            : Senin & Rabu 08.30 – 11.30 WIB (3 Jam)
Tingkat SMP                         : Selasa & Kamis 08.30 – 11.30 WIB (3 Jam)
Tingkat SMA                        : Senin & Rabu, 12.30 – 15.30 WIB (3 Jam)
Tingakat SD / SMP / SMA   : Jum’at 08.30 – 11.30 WIB (Project Class)

2. Games
Merupakan kegiatan yang dilakukan pada awal pembelajaran. Tujuannya untuk mengkondisikan siswa agar lebih siap dan tenang dalam belajar. Dalam kegiatan ini tutor memberikan  games atau permainan yang dapat merangsang kemampuan motorik, analisis, teamwork, berpikir  kritis dan kreatif.

2.  Inspiring Story

Adalah kegiatan yang dilakukan sebelum pembelajaran bergantian dengan games.  Tutor maupun homeschooler akan memceritakan kisah-kisah yang dapat memotivasi dan menginspirasi. Bisa berupa pengalaman Tutor atau siswa (sharing) juga pengalaman tokoh-tokoh sukses di Indonesia atau manca negara.

3.  Project Class

Merupakan salah satu kegiatan dan metode belajar yang memadukan kemampuan motorik kasar dan halus homeschooler dengan  kemampuan logika dan analisisnya.  Siswa mempraktekkan teori untuk menghasilkan karya yang berguna atau melakukan percobaan-percobaan ilmiah. Kegiatan  disesuaikan dengan tingkatan kelas siswa (SD, SMP, SMA).
4.  Distance Learning (DL) Gathering

Merupakan kegiatan yang melibatkan seluruh homeschooler (siswa) yang memilih program  Distance Learning. Kegiatan ini dilakukan dua kali dalam satu semester. Dengan Distance Learning  Gathering ini homeschooler dapat mengenal dan bersosialisasi dengan sesama teman homeschooler  serta tidak hanya belajar di rumah.

5.  Nonton Bareng

Kegiatan pembelajaran dengan menonton pertunjukan film, teater, konser musik,  drama modern dan tradisional  yang sesuai dengan usia dan perkembangan homeschooler.

6.  Outing  (field trip)

Outing merupakan proses pembelajaran dimana homeschooler belajar di luar kelas baik berupa  kunjungan ke tempat terbuka maupun tertutup yang memiliki nilai edukasi yang baik, seperti:   musium, perpustakaan, pusat seni/ketrampilan, industri manufacturing, kebun satwa, kebun flora,  hutan lindung dll. Kegiatan ini dilaksanakan sebulan sekali.

7. Ekstrakurikuler

Kegiatan ini meliputi kegiatan olah fisik / olahraga dan kegiatan dibidang seni sesuai  dengan minat dan bakat siswa seperti seni musik, olah vokal, seni lukis, tari dan menulis / journalis.
B. Kegiatan yang berhubungan dengan orangtua wali murid :
1. Parent’s Meeting
Kegiatan ini dilakukan dua kali dalam satu semester dimana orangtua/ wali murid akan memperoleh laporan perkembangan putra/ putrinya dari pihak sekolah. Kegiatan berupa seminar,  konseling dan pembagian hasil kegiatan belajar putra/putrinya.
2.      Bimbingan Konseling
Adalah salah satu bentuk pelayanan kepada homeschooler dan orangtua berkaitan dengan kondisi psikologis maupun sosial yang berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar. Kegiatan ini  meliputi pemberian materi di kelas, pemberian motivasi belajar, konsultasi pribadi dan diskusi  kelompok dengan orangtua dan homeschooler.

8.      Paguyuban Belajar
Yaitu para warga belajar yang menghimpun diri dalam kelompok karena sama-sama memiliki hasrat untuk belajar meskipun mereka memiliki latar belakang yang berbeda-beda, antara lain :
1)        Anak-anak yang sudah bekerja di usia sekolah, Contoh: seorang artis, atlet, dll
2)        Anak yang memang sudah bekerja dan dipersiapkan untuk meneruskan perusahaan orang tuanya.
3)        Anak yang umumnya di usia sekolah, tetapi tidak bisa mengikuti sekolah formal dengan berbagai alasan, antara lain:
·           Punya pengalaman buruk (perlakuan kurang baik dari guru dan teman -temannya)
·           Tidak bisa mengikuti irama sekolah yang terlalu keras (tidak senang dengan sekolah formal karena lingkungan/ proses belajarnya)
·           Anak-anak yang sakit fisik ( seperti: Leukimia, Gagal ginjal, Skiliosis,dll)

9.      Ragi Belajar
Ragi belajar sangatlah penting dalam proses pembelajaran, karena ragi belajar merupakan salah satu factor yang turut mensukseskan proses pembelajaran. Berkaitan dengan hal ini, HSKS pun sadar betul bahwa ragi belajar perlu diberikan pada para peserta didiknya. Ragi belajar yang diberikan pada para peserta didiknya tentulah sesuai dengan kebutuhan masing-masing dari perserta itu sendiri.
Ragi-ragi balajar tersebut antar lain :
1.                  Memberikan cerita-cerita motivasi sehingga para peserta didik akan semangat dalam proses pembelajaran.
2.                  Menyediakan alat-alat pendukung pembelajaran yang lengkap sehingga proses pembelajaran akan maksimal.
3.                  Memberikan variasi belajar yang dikemas dalam kegiatan rekreasi berorientasi pembelajaran.
                                                  
10.  Hasil Belajar
Telah kita ketahui bahwa Home Schooling Kak Seto baru berdiri pada bulan Juni 2011, sehingga belum ada prestasi yang dicapai dalam konteks diluar home schooling tersebut. Tetapi jika didalam konteks home schooling itu sendiri, banyak prestasi yang bisa diketahui, misalnya  tingkatan prestasi dari nilai siswa.
Profil Home Schooling Kak Seto Surabaya

Dari sekian banyak homeschooling yang ada di Indonesia, salah satunya Home Schooling Kak Seto (HSKS) menawarkan konsep yang berbeda. Dengan mengusung Brand Image Kak Seto sebagai psikolog, tokoh Nasional  yang peduli Anak dan pendidikan, serta icon homeschooling dan pendidikan alternatif. HSKS adalah sekolah alternatif yang menempatkan anak-anak sebagai subyek  dengan pendekatan secara ”at home” atau di rumah. Sehingga anak-anak merasa nyaman belajar, karena mereka mereka dapat belajar apapun sesuai dengan keinginannya dengan jam belajar yang  fleksibel: mulai dari bangun tidur sampai berangkat tidur lagi.
Jenjang pendidikan pada HSKS mulai dari tingkat SD, SMP, dan SMA.  Pada tingkat SD terdiri dari kelas I sampai kelas VI, pada tingkat SMP terdiri dari kelas VII sampai  kelas IX sedangkan tingkat SMA terdiri dari kelas X sampai kelas XII.
Homeschooling Kak Seto (HSKS) dilaksanakan berdasarkan filosofi sederhana “belajar dapat dilakukan kapan saja, dimana saja dan dengan siapa saja”.  Visi HSKS adalah sebagai salah satu institusi pendidikan anak yang unggul dan menyediakan  program pendidikan bagi anak agar memiliki keterampilan, life skill, dan karakter yang kokoh  sebagai calon pemimpin bangsa di masa depan.

v Home Schooling Kak Seto (HSKS) dilaksanakan berdasarkan filosofi sederhana
“ Belajar dapat dilakukan dimana saja dan dengan siapa saja “.

v Visi : Menjadikan HSKS sebagai salah satu institusi pendidikan anak yang unggul dan menyediakan program pendidikan bagi anak agar memiliki Keterampilan, Life Skill, dan karakter yang kokoh sebagai calon pemimpin bangsa dimasa depan.
v Misi :
1.    Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan menyenangkan bagi peserta didik    sesuai dengan kebutuhan, gaya belajar, kekuatan dan keterbatasan yang dimilikinya.
2.    Membantu peserta didik menemukan minat dan bakatnya serta mengembangkan bakat dan minat peserta didik secara optimal.
3.    Membentuk peserta didik menjadi manusia pembelajar seumur hidup yang mempunyai kepedulian social yang tinggi dan karakter yang kuat.
4.    Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh hubungan dari pelajaran yang dipelajarinya dengan kehidupan nyata.
5.    Mengatasi keterbatasan, kelemahan peserta didik dengan melakukan pendekatan personal.

v Output :
Sesuai denagn moto HSKS belajar lebih cerdas, kreatif, dan ceria dengan menggabungkan konsep kreatifitas, life skill dan karakter, menjadi landasan profil lulusan home schooling kak seto yaitu :
1)    Community Builder
Lulusan HSKS mempunyai kecakapan hidup yang bisa menopang diri serta lingkungannya dan menjadi pemimpin serta pembaharu yang efektif dan selalu berfikir kreatif, kritis, dan inofatif.
2)    Good Character
Lulusan HSKS memiliki karakter yang kokoh dalam artian memiliki nilai-nilai yang mulia dalam membangun komunitas dan bangsa dimasa mendatang.
v LEGALITAS  Ijazah

Undang-undang no. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengakomodasi  homeschooling sebagai salah satu alternatif pembelajaran yang dapat dilakukan oleh masyarakat. Dalam pelaksanaannya, homeschooling berada di bawah naungan Direktorat Pendidikan Kesetaraan,  Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah, Departemen Pendidikan Nasional RI. Siswa yang  memilih homeschooling akan memperoleh ijazah kesetaraan yang dikeluarkan oleh KEMENDIKNAS,  yaitu: Paket A setara SD, Paket B setara SMP, Paket C setara SMA.  Ijazah ini dapat digunakan  untuk meneruskan pendidikan ke sekolah formal yang lebih tinggi, bahkan ke sekolah-sekolah luar  negeri sekalipun.
                       
v Kurikulum

Homeschooling Kak Seto mengacu kepada peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun  2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Selain itu kurikulum yang diterapkan adalah  kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang disusun oleh Homeschooling Kak Seto. Dalam  kegiatan tutorial kedua acuan tersebut disusun dan disampaikan dengan metode Homeschooling Kak  Seto sehingga dirasakan berbeda dengan sekolah formal, agar  peserta dapat mengikuti proses  pembelajaran dengan menyenangkan.

STRUKTUR ORGANISASI
HSKS SURABAYA

1.      Komisaris                    :Ir. Retno Kustrini
2.      General manager         :Ir. Emie Sofiatien
3.      Kepala tutor                :Dra. Sulistiati
*        SD                        :Lismayuni ST.
*        SMP                     :Ach. Hamdani
*        SMA                    :Alfi Rizca
4.      Keuangan dan Admin :
·           Keuangan             : Ari
Ø Kas besar        
Ø Kas kecil:
·           Admin                  : Frissa Er.ST
·           Operator              
5.    Dinas Luar     
6.    HRD                          
*                  Konseling        :Isrida S.Psi
*                  Tutor Visit       :M.Isnaeni S.Pd
*                  Tutor               :Gathering
7.      Marketing                    :Agung Setyono

BAB IV
PENUTUP

v  KESIMPULAN

Home schooling dapat dijadikan sebagai pendidikan alternatif bagi masyarakat yang tidak merasa cocok dengan kurikulum pendidikan formal seperti kurangnya penekanan pada pendidikan keimanan maupun materi ajar yang padat serta keinginan untuk meluangkan waktu yang lebih banyak bersama anaknya. Keberadaan home schooling sebagai pendidikan alternatif di Indonesia sangat penting mengingat fleksibilitas home schooling yang dapat dilakukan dimana saja, oleh siapa saja, dan kapan saja.

v  SARAN

Bagi orang tua yang merasa sistem pendidikan formal kurang dapat memenuhi kebutuhan anak-anaknya, home schooling dapat dijadikan sebagai salah satu solusi. Karena banyak juga manfaat yang dapat dirasakan melalui home schooling ini, terutama bagi anak dalam mengembangkan potensi dirinya. Model pembelajaran yang dilakukan oleh home schooling adalah model pembelajaran humanisme. Anak diberikan kebebasan untuk bisa mengaktualisasikan diri dengan bebas tanpa tekanan dari lingkungan. Dalam model pembelajaran ini, anak dituntut untuk berfikir induktif. Pembelajaran yang lebih mementingkan faktor pengalaman dan keterlibatkan aktif oleh anak dalam proses pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

*      Ikhsan, M. (2006). Pendidikan Alternatif di Indonesia. [Online]. Tersedia:http://teknologipendidikan.wordpress.com/2006/09/12/pendidikan-alternatif-di-indonesia/.
*      Simbolon, P. (2008). Homeschooling sebagai Pendidikan Alternatif. [Online]. Tersedia: http://pormadi.wordpress.com/2007/11/12/homeschooling/.
*      Sumardiono (2006). Model Home Schooling. [Online]. Tersedia: http://www.sumardiono.com/index.php?option=com_content&task=view&id=310&Itemid=80.(2007).
*      Homeschooling Semakin Meluas. [Online]. Tersedia: http://www.sumardiono.com/index.php?option=com_content&task=view&id=698&Itemid=79.
*      Undang-Undang Sisdiknas. Jakarta: Sinar Grafika _____. Pendidikan Formal. [Online]. Tersedia:http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_formal.






LAMPIRAN
IMG_2612.JPG
Foto bersama General Manager, Ir. Emie Sofiantien


IMG_2611.JPG


FOTO SAAT PROSES PEMBELAJARAN
IMG_2619.JPG
            IMG_2620.JPGIMG_2624.JPGIMG_2623.JPG



IMG_2625.JPG
TEMPAT PROSES PEMBELAJARAN
                                                                                                               
IMG_2626.JPG